"DANBO" boneka kardus yang memiliki jiwa.....




DANBO
Danbo?agan agan udah tau nggak apa itu sebenarnya danbo ? Danbo itu adalah suatu singkatan dari Danboard, yang merupakan salah satu 'action figure' dari seri Revoltech dan diproduksi oleh perusahaan Kaiyodo di Jepang. Danbo merupakan salah satu karakter yang terdapat pada manga Yotsubato!. Manga yang bergenre komedi ini menceritakan tokoh utama bernama Yotsuba, yaitu seorang gadis kecil unik dengan kepribadian yang luar biasa. Yotsuba hidup bersama ayah angkat yang sering sibuk bekerja di rumah dengan komputernya. Petualangan Yotsuba yang penuh kejenakaan dan keberuntungan serta seringkali membuat bingung teman-teman dan ayahnya ini diceritakan oleh mangaka Azuma Kiyohiko dengan sangat menarik. Bahkan dalam kesehariannya yang sepele atau pada saat menemukan suatu hal baru yang mungkin biasa bagi orang lain, akan menjadi sangat menakjubkan berkat rasa keingintahuan dan antusiasme Yotsuba. Karakter Danbo muncul pertama kali di manga Yotsubato! pada volume 5 chapter 28 dengan judul Yotsuba & Danbo. Di chapter itu diceritakan bahwa nama Danbo berasal dari Danbooru, nama perusahaan dan produk pengepakan di Jepang.  






Vapur - Anti - Bottle

 Reusable, dilipat, dicuci, freezable, attachable dan dapat diidentifikasi; Vapur-Anti-Botol adalah produk terbaru yang dirancang untuk limbah diturunkan dari botol air. Botol-botol warna-warni, bentuk menarik dan cincin attachable membuat sepotong aksesori untuk kehidupan sehari-hari Anda dan lemari pakaian.
 






 
"Reusable
Vapur Anti-Botol BPA benar-benar bebas dan dibangun dari tiga lapis plastik ultra-tahan lama. Lapisan paling dalam terbuat dari polyethythene disetujui FDA, yang kemudian terikat pada dua lapisan nilon untuk kekuatan dan ketahanan. Setiap Anti-Botol dirancang untuk menahan penggunaan sehari-hari dan pembersihan secara teratur. Lapisan bagian dalam bau, rasa dan tahan noda, sehingga aman dapat digunakan kembali lagi dan lagi! Vapur juga bangga dibuat di USA.Dilipat
Anti-Botol dirancang untuk berdiri saat penuh dan dapat digulung, dilipat atau rata saat kosong, sehingga mudah untuk digunakan dan membawa mana pun Anda pergi. Tidak seperti botol air kaku, yang besar ketika kosong, Anti-Botol dapat dengan mudah terselip, mudah pas ke dalam kantong, dompet dan paket. The Anti-Botol Vapur cukup sederhana yang paling portabel botol air dapat digunakan kembali di planet ini.Dicuci
Kita sering bertanya, apa cara terbaik untuk membersihkan Anti-Botol? Nah, kabar baik! The Vapur Anti-Botol ini aman dan membersihkan mesin cuci piring dengan mudah pada rak paling atas mesin pencuci piring. Pertama, buka tutup dan carabiner, pukulan sedikit udara ke dalam botol untuk mengembang, maka cukup putar terbalik dan masukkan cerat atas Prongs di rak atas mesin cuci piring Anda. Begitu mudah!
Jika Anda menempatkan setiap cairan lain selain air dalam botol Anda, kami menyarankan Anda mencuci tangan, menggunakan beberapa tetes sabun cuci piring dan sikat botol untuk sepenuhnya menghilangkan residu apapun.Freezable
Anda dapat membekukan Anda Anti-Botol untuk air dingin bagus atau menggunakannya sebagai sebuah kantong es! Isi Botol Anti-setengah Anda arah, tempatkan dalam freezer semalam dan kemudian mengisinya dengan sisa perjalanan dengan air di pagi hari. Anda akan memiliki minuman dingin-dingin selama berjam-jam!Attachable
Ia datang dengan carabiner nyaman, sehingga mudah untuk klip untuk, sabuk Anda loop tas-atau paket. Vapur Anti-Botol juga tidak retak atau penyok, sehingga tidak sebanyak khawatir karena dengan botol kaku tradisional. Hanya klip itu dan pergi.Diidentifikasi
Flip botol atas dan menulis nama Anda dengan tinta permanen di ruang putih di bagian belakang botol Anda. Jika Anda memiliki beberapa botol, ini adalah cara sempurna untuk melacak mereka atau bahkan hanya untuk personalisasi sendiri! "
Dirancang oleh Ampac, Cincinnati OH. Art Director: Carignan Jason, Designer: Randall Shawn


Reusable, foldable, washable, freezable, attachable and identifiable; Vapur-Anti-Bottles are the latest product designed to reduced waste from water bottles. The colorful bottles, interesting shape and attachable ring makes it another piece of accessories to your daily life and wardrobe.

"Reusable

Vapur Anti-Bottles are completely BPA-free and are constructed of three layers of ultra-durable plastic. The innermost layer is made from FDA-approved polyethythene, which is then bonded to two layers of nylon for strength and durability. Every Anti-Bottle is designed to withstand everyday use and regular cleaning. The inner layer is odor, taste and stain resistant, so it can safely be reused again and again! Vapur is also proudly made in the USA.
Foldable

The Anti-Bottle is designed to stand when full and can be rolled, folded or flattened when empty, making it easy to use and carry everywhere you go. Unlike rigid water bottles, that are bulky when empty, the Anti-Bottle can be easily tucked away, conveniently fitting into pockets, purses and packs. The Vapur Anti-Bottle is quite simply the most portable, reusable water bottle on the planet.
Washable

We often get asked, what is the best way to clean an Anti-Bottle? Well, good news! The Vapur Anti-Bottle is dishwasher safe and cleans easily on the top rack of most dishwashers. First, remove the cap and carabiner, blow a little air into the bottle to inflate, then simply turn upside down and insert the spout over the prongs on the top rack of your dishwasher. It's that easy!

If you put any liquid other than water in your bottle, we recommend that you hand wash, using a few drops of dish soap and a bottle brush to completely remove any residue.
Freezable

You can freeze your Anti-Bottle for nice cold water or use it as an icepack! Fill your Anti-Bottle half-way, place it in the freezer overnight and then fill it the rest of the way with water in the morning. You'll have an icy-cold beverage for hours!
Attachable

It comes with a convenient carabiner, making it easy to clip to your purse, belt-loop or pack. Vapur Anti-Bottles also do not crack or dent, so there's not as much worry as with traditional rigid bottles. Just clip it and go.
Identifiable

Flip the bottle over and write your name in permanent ink on the white space on the back of your bottle. If you have multiple bottles, this is a perfect way to keep track of them or even just to personalize your own!"

Designed by Ampac, Cincinnati OH. Art Director: Jason Carignan, Designer: Shawn Randall
 



 


Bølgen & Moi: Foodgarage

"Makanan Garasi adalah menjadi utama makanan Bølgen & Moi's tujuan menawarkan deli, take-out service, katering bisnis, bar, restoran dan kafe SDG dikembangkan. suatu sistem ekspresi kreatif yang bergoyang kebijaksanaan konvensional pada konsep, warna, desain interior dan bahasa - segala sesuatu dari kartu nama, teh celup dan tas doggy untuk t-shirt dan website merek ".
 
Dirancang oleh Kelompok Desain Skandinavia


"Food Garage was to be Bølgen & Moi’s ultimate food destination offering a deli, take-out service, catering business, bar, restaurant and café. SDG developed a system of creative expression that rocked conventional wisdom on concept, colour, interior design and language – on everything from business cards, teabags and doggy bags to t-shirts and the brand’s website."

Designed by Scandinavian Design Group
 







 

Fenomena Kekerasan

Oleh Sumbo Tinarbuko
Kekerasan menurut Kamus Bahasa Indonesia: perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain. Kekerasan dapat juga diartikan sebagai sebuah perilaku yang  menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Dewasa ini, kekerasan menjadi sebuah fenomena. Karena berbentuk sebuah fenomena, maka kekerasan seterusnya menjadi ‘barang’ komoditas yang laku keras dalam bursa jual beli informasi komunikasi visual.
Bentuk konkret komodifikasi kekerasan dapat disaksikan pada tayangan kekerasan yang disuguhkan media massa secara detail dan vulgar. Efek dari komodifikasi kekerasan itu ditengarai menjadi semacam peternakan baru atas kekerasan berikutnya. Kekerasan yang disuguhkan pada masyarakat oleh warga masyarakat sendiri terjadi akibat ketidakpuasan sesaat atas sebuah keadaan tertentu. Realitas kekerasan semacam itu  kemudian direkam dan ditayangkan media massa. Bagi para pelaku kekerasan, keberadaan fenomena kekerasan seakan-akan menjadi buku ajar dan referensi wajib yang memiliki energi kuat untuk memunculkan kekerasan berikutnya, tentu  dengan intensitas kekerasan yang lebih keras.
Karena sumber rujukannya sama, maka bentuk gerakan kekerasannya pun sebangun. Diawali dengan penggalangan massa. Mereka berteriak dalam aura kemarahan yang membuncah. Selanjutnya bergerak untuk merusak, membongkar, membakar apa pun yang ada di sekitarnya. Ketika suasana semakin memanas, maka ‘sang kekerasan’ akan memakan korban yang mengakibatkan luka-luka bahkan meningggal dunia.
Hal itu setidaknya dapat disaksikan pada fenomena kekerasan yang baru-baru ini  membara di Cikeusik Banten dan Temanggung Jawa Tengah. Sementara pelaku kekerasan seakan mendapatkan legitimasi sosial manakala aksi kekerasan yang mereka pertontonkan diliput media massa dan ditayangkan terus secara berkelanjutan.
Akhirnya, bagi para pelaku, kekerasan diposisikan menjadi bahasa baru untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pada tataran berikutnya, amuk massa seolah-olah menjadi ‘solusi cantik’ yang dianggap mampu memuaskan hasrat kekerasan pelaku kekerasan. Mereka senantiasa menggali energi negatif berwujud tabiat kasar. Visualisasinya digambarkan dalam sosok maskulin yang berteriak lantang guna memaksakan kehendaknya untuk dituruti.
Pertanyaannya, kenapa fenomena kekerasan dari waktu ke hari semakin mengeras? Apa yang mereka cari dalam perseteruan ini? Benarkah fenomena kekerasan sudah menjadi bahasa baru untuk mewujudkan kehendak dan keinginan akan suatu hal oleh para pihak? Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan fenomena kekerasan di Indonesia? Apakah rasa asih dan cinta kasih antar umat manusia sudah mulai pudar dari bumi Indonesia?
Pertanyaan seperti itu sejatinya sulit dijawab secara langsung. Sebab antara hal satu dengan lainnya saling berkaitan erat. Bahkan terkesan bagaikan benang bundhet. Tetapi yang jelas terpampang di pelupuk mata, penghargaan atas kekaryaan seorang manusia dalam konteks fenomena kekerasan ini, akhirnya dimatikan oleh sang manusia itu sendiri. Padahal yang berhak untuk menentukan mati hidupnya seseorang adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam perspektif masyarakat Jawa, sudah menjadi ketetapan adat manakala seseorang yang sedang ditimpa masalah, maka penyelesaian masalahnya didekati dengan pendekatan kemanusiaan yang adil dan beradab. Leluhur orang Jawa mengajarkan pada kita: ‘’yen ana rembug dirembug, nanging olehe ngrembug kanthi sareh.’’

Orang modern memaknai piwulang becik semacam itu dengan pengertian: jika kita sedang memiliki  masalah yang menyebabkan salah pengertian antar parapihak, maka marilah diselesaikan dengan kepala dingin dan hati tenang.
Nenek moyang kita juga meneladankan lelaku: ‘’aja tumindak grusa grusu, nanging tumindak kanthi landesan pikiran kang wening.’’ Teladan tersebut, jika diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari dapat diartikan:   jika kita sedang memiliki masalah, jangan terburu-buru bereaksi untuk memutuskan masalah tersebut secara emosial dengan tindak kekerasan. Intisari dari teladan tersebut justru mengajarkan kepada kita untuk senantiasa memikirkan segala sesuatunya dengan tenang. Selanjutnya dipertimbangkan untuk diputuskan secara bijaksana dan bermartabat.
Pesan moral yang ingin disampaikan nenek moyang kita dalam upaya menghentikan tindak kekerasan yang sudah menjadi fenomena dan semakin membahana ini, yakni: menjunjung tinggi akal budi demi kemaslahat umat manusia. Implementasinya? Bagaimana upaya kita untuk senantiasa menyeimbangkan akal pikiran dan nalar perasaan. Keseimbangan dua kutub kekuatan fisik dan kekuatan spiritual umat manusia sangat dibutuhkan. Hasil dari buah keseimbangan nalar perasaan dan akal pikiran akan menjadi rekomendasi  untuk membuat sebentuk keputusan yang disepakati bersama demi kebersamaan dan kedamaian umat manusia.
*)Sumbo Tinarbuko (http://sumbo.wordpress.com/) Pengamat Budaya Visual dan Dosen Komunikasi Visual Program Pascasarjana ISI Yogyakarta. Artikel ini dimuat di Rubrik Analisis harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu Legi, 12 Februari 2011.