13 Aturan Sukses dari Joe Girard
1. Simpanlah masalah Anda untuk diri Anda sendiri dan buatlah orang-orang percaya bahwa Anda memiliki waktu yang indah.
2.
Aturlah Hidup Anda, simpanlah janji-janji Anda dalam sebuah buku janji,
sehingga Anda tidak perlu menggunakan kata-kata yang menyakitkan
seperti: “SAYA LUPA.” Pada akhir setiap hari, tuliskan apa yang Anda
telah lakukan dan rencanakanlah kerja Anda untuk hari berikutnya. Jika
Anda tahu kemana Anda pergi, maka Anda akan tiba di sana.
3.
Bekerjalah ketika Anda bekerja, jangan mengambil jam makan siang yang
lama atau bermain golf ketika Anda harus bekerja. Makan dengan orang
yang dapat membantu Anda mencapai tujuanmu, bukan dengan rekan kerja.
4.
Berpakaianlah semestinya; Apa jenis orang yang Anda hadapi. Jika Anda
menjual kepada pekerja kerah biru, janganlah memakai jas seharga Rp. 5
juta, sepatu mahal, perhiasan atau jam tangan. Pakailah ketika Anda
sedang sendiri, bukan ketika Anda bekerja - pakaian dapat membuat orang
lain menjauh.
5.
Amati Tidak-Tidak dari Girard; Tidak merokok atau mengunyah tembakau
atau permen karet, tidak ada cologne, tidak ada lelucon senonoh atau
kotor, dan para pria tidak memakai anting-anting ketika sedang bekerja.
Matikan ponsel - mereka menjengkelkan. Pembunuh terbesar dari semuanya
adalah TIDAK TEPAT WAKTU.
6.
DENGARKAN! Orang bisa mengetahui jika Anda tidak mendengarkan. Semakin
lama Anda mendengarkan, semakin banyak orang akan merasa terikat dengan
Anda. Semakin Anda mendengarkan, semakin besar kemungkinan pelanggan
akan melakukan bisnis dengan Anda. Mendengarkan menunjukkan bahwa Anda
peduli. ”Mulut seharusnya hanya digunakan untuk makan - tutup mulut
besarmu!”
7.
Tersenyumlah! Senyum meningkatkan nilai nominal Anda. Jika seseorang
tersenyum lebih banyak, mereka akan merasa lebih baik dan membuat
pelanggan mereka merasa ingin melakukan bisnis dengan mereka.
8.
Jagalah sikap positif; bergaullah dengan orang positif. Jauhilah dari
para penentang atau orang cengeng yang suka mengeluh. Jika ada sesuatu
yang tidak beres dalam hidup Anda, Simpanlah untuk diri sendiri - tidak
ada yang mau mendengar masalah Anda.
9.
Jawablah semua panggilan telepon dan email. Tidak menjawab panggilan
telepon dan email adalah cara untuk kehilangan pelanggan dan
teman-teman. Jawablah panggilan dan email sesegera mungkin.
10.
Katakan kebenaran. Jika Anda tertangkap dalam kebohongan, bahkan hanya
sekali, Anda selalu akan dianggap pembohong. Bahkan jika Anda mengatakan
kebenaran untuk sisa hidup Anda, Anda tidak akan dipercaya.
11.
Jangan menjual terlalu mahal. Jika Anda melakukannya, dan pelanggan
membandingkan kesepakatan Anda dengan orang lain, Anda akan kehilangan
dia. Ambil sedikit dan tinggalkan sedikit; Joe hanya bekerja pada
keuntungan kecil, tetapi besar pada volume, rata-rata enam penjualan
mobil ritel sehari. Pembicaraan beredar dari mulut ke mulut bahwa Anda
tidak bisa mengalahkan harga Joe Girard.
12.
Berdirilah di depan produk atau layanan Anda, bukan dibelakangnya. Hal
paling penting yang perlu Anda lakukan untuk pelanggan Anda adalah
melayani mereka, dan mereka akan melakukan bisnis dengan Anda lagi dan
lagi.
13.
Belajarlah dari penjualan setiap hari; Ketika orang memberitahu Anda
mengapa mereka melakukan bisnis dengan Anda, mereka memperkuat
kepercayaan mereka pada Anda. Anda belajar tentang hal-hal yang mereka
sukai dan apa yang mereka tidak suka dan jika mereka menyukai Anda,
mereka akan melakukan bisnis dengan Anda selamanya.
Ide yang Mengubah Dunia
Kita harus membentuk ide-ide dasar dari realitas alam
dengan pemikiran dan kreativitas kita.
Dengan itu kita akan menandai sejarah,
tidak sekedar larut di dalamnya.
- Steve Jobs, former CEO Apple Inc. -
Kisah mengenai bagaimana sebuah ide sederhana akhirnya membuat dunia yang kita tinggali ini menjadi tidak pernah sama lagi dengan sebelumnya, biasanya akan menjadi kisah yang inspiratif, menggugah kesadaran kita, menyalakan passion di hati kita yang terdalam, bahkan sampai menitikkan air mata.
Tapi biasanya juga: umur inspirasi itu tak panjang.
Beberapa saat setelah cerita itu berlalu dan kita mulai menggeluti lagi dunia dan segala permasalahannya sehari-hari, api itu pun memudar. Kesadaran itu menguap. Passion itu meredup dan padam. Kita pun menjelma kembali menjadi orang-orang biasa, orang-orang pada umumnya. Menjalani hidup dari pagi ke pagi lagi dengan jadual yang telah ditentukan, begitu-begitu saja melewati jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Tubuh kita berjalan, bergerak dan bekerja kesana-kemari memperjuangkan mimpi-mimpi di luar diri kita, sementara jiwa kita gersang, hati nurani tak lagi mendapat tempat tertinggi dalam tubuh yang lelah, dalam pandangan mata yang kosong tanpa daya.
Maka jumlah orang-orang yang bersedia memperjuangkan ide-idenya sepenuh hati sangatlah sedikit. Sebagian besar dari kita memilih menyerah di awal atau pertengahan perjalanan karena tak sanggup menanggung resiko untuk berbeda, untuk disalahpahami, untuk dicemooh, untuk dikritik dan difitnah. Mayoritas kita tak cukup kuat untuk menelan hinaan-hinaan itu, perlakuan yang merendahkan itu, sehingga memilih menukarkan inner voice (suara hati) itu dengan kenyamaan, ketenangan, ketentraman. Secara tak sadar, kita bahkan mulai ikut-ikutan mengatakan bahwa keajaiban yang dibawa oleh setiap ide baru adalah sesuatu yang tidak logis, tidak masuk akal, karena saat menjalaninya tanpa hasrat, kita pernah gagal dan menolak bangkit. Ide-ide itu terlihat terlalu tinggi dan sia-sia karena kita tak pernah serius memperjuangkannya.
Bahkan pun saat engkau telah berniat untuk mengubah dunia, lalu menghidupkan siang dan malammu untuk mengejar itu, belum bisa jadi jaminan bahwa engkau akan mencapainya di ujung umurmu.
Alam semesta ini punya mekanisme seleksi alam yang kejam tapi adil. Engkau yang tak sungguh-sungguh bersedia bersikap kejam pada dirimu sendiri untuk memperjuangkan terwujudnya ide-ide besar yang kau yakini, akan diperlakukan dengan kejam tanpa basa-basi oleh realitas, oleh hukum sebab akibat, bahkan oleh akal sehatmu sendiri.
Kecuali jika engkau termasuk orang-orang jenius. Yang setahu saya, bukanlah merupakan keturunan.
dengan pemikiran dan kreativitas kita.
Dengan itu kita akan menandai sejarah,
tidak sekedar larut di dalamnya.
- Steve Jobs, former CEO Apple Inc. -
Kisah mengenai bagaimana sebuah ide sederhana akhirnya membuat dunia yang kita tinggali ini menjadi tidak pernah sama lagi dengan sebelumnya, biasanya akan menjadi kisah yang inspiratif, menggugah kesadaran kita, menyalakan passion di hati kita yang terdalam, bahkan sampai menitikkan air mata.
Tapi biasanya juga: umur inspirasi itu tak panjang.
Beberapa saat setelah cerita itu berlalu dan kita mulai menggeluti lagi dunia dan segala permasalahannya sehari-hari, api itu pun memudar. Kesadaran itu menguap. Passion itu meredup dan padam. Kita pun menjelma kembali menjadi orang-orang biasa, orang-orang pada umumnya. Menjalani hidup dari pagi ke pagi lagi dengan jadual yang telah ditentukan, begitu-begitu saja melewati jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Tubuh kita berjalan, bergerak dan bekerja kesana-kemari memperjuangkan mimpi-mimpi di luar diri kita, sementara jiwa kita gersang, hati nurani tak lagi mendapat tempat tertinggi dalam tubuh yang lelah, dalam pandangan mata yang kosong tanpa daya.
Maka jumlah orang-orang yang bersedia memperjuangkan ide-idenya sepenuh hati sangatlah sedikit. Sebagian besar dari kita memilih menyerah di awal atau pertengahan perjalanan karena tak sanggup menanggung resiko untuk berbeda, untuk disalahpahami, untuk dicemooh, untuk dikritik dan difitnah. Mayoritas kita tak cukup kuat untuk menelan hinaan-hinaan itu, perlakuan yang merendahkan itu, sehingga memilih menukarkan inner voice (suara hati) itu dengan kenyamaan, ketenangan, ketentraman. Secara tak sadar, kita bahkan mulai ikut-ikutan mengatakan bahwa keajaiban yang dibawa oleh setiap ide baru adalah sesuatu yang tidak logis, tidak masuk akal, karena saat menjalaninya tanpa hasrat, kita pernah gagal dan menolak bangkit. Ide-ide itu terlihat terlalu tinggi dan sia-sia karena kita tak pernah serius memperjuangkannya.
Bahkan pun saat engkau telah berniat untuk mengubah dunia, lalu menghidupkan siang dan malammu untuk mengejar itu, belum bisa jadi jaminan bahwa engkau akan mencapainya di ujung umurmu.
Alam semesta ini punya mekanisme seleksi alam yang kejam tapi adil. Engkau yang tak sungguh-sungguh bersedia bersikap kejam pada dirimu sendiri untuk memperjuangkan terwujudnya ide-ide besar yang kau yakini, akan diperlakukan dengan kejam tanpa basa-basi oleh realitas, oleh hukum sebab akibat, bahkan oleh akal sehatmu sendiri.
Kecuali jika engkau termasuk orang-orang jenius. Yang setahu saya, bukanlah merupakan keturunan.
Apple Computer dalam iklan legendarisnya tahun 1997 Think Different mencatat nama-nama ini: Albert Einstein, Bob Dylan, Martin Luther King, Jr., Richard Branson, John Lennon, Buckminster Fuller, Thomas Edison, Muhammad Ali, Ted Turner, Maria Callas, Mahatma Gandhi, Amelia Earhart, Alfred Hitchcock, Martha Graham, Jim Henson, Frank Lloyd Wright, Pablo Picasso.
Tentu masih ada jenius-jenius lainnya yang tak tercatat di iklan ini. Termasuk Steve Jobs, CEO Apple sekaligus kreator iklan tersebut yang bahkan sempat merekam suaranya sendiri sebagai narrator.
Copy writing iklan ini sungguh menggetarkan hati:
Here’s to the crazy ones. The misfits. The rebels. The troublemakers. The round pegs in the square holes. The ones who see things differently. They’re not fond of rules. And they have no respect for the status quo. You can quote them, disagree with them, glorify or vilify them. About the only thing you can’t do is ignore them. Because they change things. They push the human race forward. While some may see them as the crazy ones, we see genius. Because the people who are crazy enough to think they can change the world, are the ones who do.
Lihat iklannya disini
Jenius adalah orang-orang yang mampu mempertanggungjawabkan kegilaannya. Dan jumlah mereka adalah minoritas. Tanpa kemampuan untuk mempertanggungjawabkan ‘keanehannya’, maka posisi orang-orang yang berbeda dan dianggap gila itu akan dipinggirkan, dijauhkan dari kehidupan sehari-hari yang normal karena dianggap pengganggu keharmonisan dan ketertiban.
Seringkali orang-orang besar yang mengubah dunia, melakukannya tanpa niat yang besar, mereka menggelinding begitu saja mengikuti kata hatinya, melakukan apapun yang mereka lakukan dengan suka cita lalu... Bummm!!!
Dunia pun berubah karena hal-hal sederhana yang mereka lakukan, diiringi dengan kebetulan-kebetulan dan dukungan yang mengalir deras dari arah yang tak pernah mereka perkirakan. Setiap kisah kesuksesan bisnis dan kehidupan, tidak lebih tidak kurang, menggambarkan dukungan alam semesta yang aneh seperti itu.
Kalau balik lagi ke beberapa puluh tahun silam saat fajar industri komputer menjelang, Apple Computer dan Microsoft-pun melewati fase yang sama. Juga Starbucks, lalu Google, Facebook, yang termutakhir Twitter.
Benar bahwa sungguh sangat penting untuk berfikir besar - seperti kata Steve Jobs - to put a dent in the universe - tapi apa yang kemudian sungguh-sungguh mengubah dunia ini dengan kehadiran pemikiran dan tindakan kita adalah sesuatu yang sangat sederhana.
Dunia ini penuh dengan kebisingan dari orang-orang yang teriak ramai tentang hal-hal yang tidak penting, hal-hal sampah yang makin menggunung dan menyesakkan mata hati kita. Sampah-sampah yang dikemas dengan bungkus yang mewah, glamour, indah dan menggoda iman. Sampah-sampah yang diiklankan sebagai kebutuhan nomer satu dan bukti kesuksesan tertinggi. Sampah-sampah yang menggiurkan dan menjadikan kita konsumen rakus yang membeli hal-hal yang tak kita butuhkan.
Tengoklah sampah-sampah itu: sinetron kejar tayang, infotainment gosip, politik kekuasaan, iklan-iklan tanpa kedalaman makna, pengajian yang menidurkan jamaahnya, mereka yang mengaku membela agama tertentu sementara tingkah lakunya justru merusak apa yang dibelanya.
Lawanlah kebisingan itu. Dengarlah suara lirih dalam hatimu. Lalu berjuanglah sekeras mungkin untuk mengikutinya. Memperjuangkan ide-ide yang kau yakini justru karena ditolak orang lain, justru karena dicemooh dan dijauhi.
Engkau – dan siapapun yang punya kemauan – bisa menjadi bagian dari orang-orang besar yang dicatat oleh dunia dengan tinta emas. Selama engkau bersedia membayar ‘harga’nya. Selama engkau bersedia menggenggam erat ide-idemu dan memperjuangkannya sepenuh hidupmu.
Suatu hari kelak - saat waktunya tiba - engkau akan menjadi gila. Atau legenda.
Image sources:
http://www.icouple.sg/blog/wp-content/uploads/2007/04/apple_think_different.jpg
http://www.iphonespecialist.com.au/_/rsrc/1317883989663/steve-jobs-think-different-tribute-video/Steve-Jobs-1955-2011.png
oleh M. Arief Budiman
Terjebak untuk Mengejar Fans dan Follower Semu
Kemarin saya meeting dengan klien yang punya pandangan strategis. “Kami tidak akan menjadikan angka fans /follower sebagai KPI (Key Performance Indicator) terpenting,” katanya. “Angka fans/follower yang besar tidak berarti apa-apa jika tidak ada dampak pada bisnisnya.”
Ya. Saya setuju ini!
Rupanya klien itu sudah menyadari, banyak pemilik brand yang terjebak target semu, yakni mengejar jumlah fans/follower tanpa tahu arah, akan dimanfaatkan untuk apa. Mereka seringkali mengejar target fans/follower utamanya dipicu oleh kompetitor yang berhasil meraih angka fans/follower besar. Bukan oleh kebutuhan bisnis mereka sendiri.
Karena terpaku pada angka fans/follower, pemilik brand sering lupa tujuan besarnya. Usaha terbesar, mungkin juga budget terbesar, akhirnya dipakai bukan untuk tujuan utama.
Karena terpaku pada angka fans/follower, KPI pertama komunikasi digital akhirnya dipaksa untuk memenuhi angka itu. Padahal harusnya KPI haruslah sesuai dengan objektif.
Pemilik brand lupa menggali insight, mengapa seseorang ingin follow FB/Twitter brand.
Riset yang dilakukan Razorfish menunjukkan: alasan terpenting berteman dengan brand di FB adalah: exclusive offer, current customer, interesting content
Riset yang sama oleh Razorfish, alasan seseorang follow twitter brand sama dengan berteman di Facebook: exclusive offer, current customer, interesting content.
Tentunya pemilik brand berharap fans/follower yang beneran, bukan fake. Untuk itu, cek apakah kita sudah memenuhi syarat. Jika syarat dasar sudah terpenuhi, siapakan strategi dan timeline yang rasional. Mengumpulkan fans yang memang fans, bukan fan palsu, butuh waktu.
Yang seringkali terjadi saat ini, karena fokusnya terlalu berat pada angka, pemilik brand berusaha dengan berbagai cara dan biaya memupuk angka fans/follower yang kemungkinan besar adalah fans semu. Karena hasrat angka semu inilah salah satu alasan mengapa jasa jual beli like FB dan follower di Twitter menyubur belakangan ini. Demand mengejar fans/follower yang tidak rasional ini menumbuhkan jasa jula beli follower.
Lalu apakah fans/follower tidak penting?
Tentu saja PENTING!
Namun pastikan itu organik, memang beneran fans, bukan fake.
Pada akhirnya, memiliki fans/follower yang semu, dan sesungguhnya bukan konsumen atau calon konsumen kita itu merepotkan, buang-buang waktu, dan hambur-hamburkan biaya.
Pemilik brand, silahkan dilihat ulang objektif besar bisnis dan objektif per medium. Sesuaikah objektif itu dengan KPI?
Snack Lokal Modis
Bandung (16/7) Beraneka makanan ringan dari keripik hingga kerupuk ikan merah beraneka rasa dipajang bersebelahan dengan tshirt, topi dan ikat pinggang di distro kawasan trunojoyo Bandung. Unsur dekoratif desain pun mejeng mentereng membuat kemasannya semakin modis, kental dengan youth culture tone. Lihatlah packaging Sripik kingkong, dalada dan Teri lada dibawah Ini.
Revolusi snack Ini sebenarnya dipelopori oleh Ma Icih yang menjual cabe berbumbu keripik melalui twitter dan belakangan Ini merubah desain kemasannya menjadi lebih modis. kemasan baru Ma Icih yang mengandalkan strategi promosi sosial media dan pendapatannya mencapai puluhan juta rupiah setiap hari di desain oleh Farid Stevy.
"pada logo awal, sosok 'maicih' ditampilkan menghadap ke samping dengan latar belakang paduan beberapa ornamen visual. beberapa hal esensial logo tersebut tetap saya bawa ke logo baru, yaitu sosok 'maicih' yang kali ini menghadap kedeapan dan pita dengan tulisan nama brand 'maicih' dibawahnya dengan pendekatan visual yang lebih sederhana. logo ini saya paparkan dengan berbagai kemungkinan aplikasi layout. sosok 'maicih' nya tampil dalam 3 bentuk (kepala, torso, dan sebadan penuh), yang bisa digunakan sesuai dengan keperluan yang berbeda." begitu uraian Farid dalam blognya yang menceritakan sedikit proses kerjanya..
So.. Enjoy guys let's judge a snack from its packaging.
Desain kemasan yang lama dan yang baru
Brand besar dunia saling bertukar logo
Apa jadinya kalau berbagai brand besar dunia saling bertukar logo? Tentunya sangat lucu dan menggelitik. inilah yang dilakukan Graham Smith yang terinspirasi oleh karya-karya Viktor Hertz.
Membangun Brand, Membangun Janji Suci
Membangun Brand, Membangun Janji Suci
Apa jadinya sebuah orang tercipta tanpa nama? Karena itu, berikanlah "nama" pada produk kita. Dan, jadikan "nama" itu sebagai sebuah janji yang harus ditepati. Meski terdengar klise dan menjadi hal yang sudah diketahui oleh banyak orang, tapi membangun brand masih saja menjadi sesuatu yang kadang sulit dilakukan. Padahal, dengan membangun brand, berarti membangun "keabadian".
Cobalah cari jawaban atas pertanyaan berikut ini. Apa yang identik dengan motor besar? Apa yang dicari ketika ingin mendapat sepatu dan alat olahraga berkelas? Dengan cepat, orang akan segera menjawab Harley Davidson dan Nike untuk kedua pertanyaan tersebut.
Namun, cobalah tanya, apa yang ada di benak saat menyebut nama fastfood atau makanan cepat saji? McDonald, Kentucky Fried Chicken, Burger King, A&W, manakah yang keluar di benak Anda kali pertama? Dengan masing-masing merek berbeda tapi pada satu lini produk yang sama saja, kadang mengundang "kebingungan" tersendiri. Karena itu, setiap produk, haruslah memiliki "nama" yang tak bisa tergantikan. Termasuk, produk dari usaha yang baru berkembang sekali pun. Untuk itu, menjadi yang pertama, yang terbaik, yang unik, memang menjadi sebuah kekuatan dan daya tawar untuk membangun brand. Tapi, cukupkah itu?
Kevin Roberts, CEO dari biro iklan Saatchi & Saatchi Worldwide dalam bukunya Lovemarks: The Future Beyond Brands, menegaskan, "Membuat brand haruslah mampu menciptakan suatu 'nama' yang tak tergantikan, dan itu bisa dilakukan dengan pendekatan emosional, misteri (rasa penasaran), sensualitas, dan kedekatan (keintiman)." Ia juga mengingatkan, bahwa ini sangat vital untuk usaha yang baru bertumbuh, sebab kekuatan untuk berinvestasi pada promosi masih belum sekuat perusahaan besar.
Bagaimana caranya? CEO Austin dan Idea City, Spence menyarankan satu hal utama: "Setiap bisnis yang berkembang harus bisa menjawab bagaimana caranya meningkatkan standar hidup pelanggan." Untuk itu, brand haruslah mengandung 'janji suci' yang bisa menjawab harapan konsumen. Spence memisalkan, Walmart, yang identik dengan belanja yang hemat. Ini misalnya sepadan juga dengan AirAsia, yang kini identik dengan penerbangan berharga terjangkau. "Janji suci" kedua perusahaan itulah yang membuat orang hingga kini masih menjadi pelanggan setia kedua perusahaan tersebut.
Lebih jauh, untuk pebisnis pemula, Spence menyarankan, kita bisa mencari brand yang pas dan tepat dengan cara bertanya kembali, apa tujuan semula mendirikan usaha? Apa saja ceruk yang bisa diisi dengan produk usaha kita, apa saja kebutuhan yang bisa dicukupi oleh produk kita, dan apa hal unik yang bisa kita tawarkan pada konsumen?
Untuk mengetahui dan menggali apa saja yang bisa kita jadikan "janji suci" dalam brand kita, Spence menganjurkan bertanya pada orang-orang yang jujur di sekitar. Misalnya lima orang karyawan dan lima orang pelanggan tetap. Lantas, pertanyakan kepada mereka, apa yang masih bisa ditingkatkan, apa yang menurut Anda telah dilakukan perusahaan lebih baik dibanding pesaing lainnya?
Jika sudah mendapatkan poin penting yang bisa dipilih sebagai "janji suci" tersebut, jadikan itu sebagai pegangan untuk membesarkan usaha. Namun, harus diingat, "janji suci" ini bukan sembarang janji. Brand yang sudah memiliki "janji suci" haruslah mampu memenuhi janji tersebut. Sebab, menurut Stan Richards dari The Richards Group Advertising Firm, sekali melanggar janji, konsumen akan kecewa dan sulit kembali lagi.
Untuk itu, Scott Gladstein dari perusahaan konsultan strategi produk, Imperatives LLC, menyebutkan lima tips untuk membangun brand agar sesuai dengan "janji suci."
- Temukan alasan konsumen untuk memercayai produk kita
Brand kita akan sia-sia belaka jika janji yang diberikan tidak dipercayai konsumen. Karena itu, janji yang diungkapkan, harus didukung dengan alasan-alasan yang tepat.
- Temukan nilai-nilai yang dicari konsumen
Sebuah produk pasti memiliki hal yang bisa "diarahkan" untuk menjawab kebutuhan konsumen. Karena itu, sebelum menentukan brand yang akan dikomunikasikan, cobalah untuk mengetahui "selera" pasar yang dituju.
- Tentukan nilai yang paling berpengaruh
Dari sekian banyak nilai yang dipercaya konsumen terhadap produk kita, pastilah ada satu atau dua nilai yang paling memengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Nilai tersebut bisa sangat bernilai emosional, bisa pula sangat dekat dengan kebutuhan konsumen.
- Rancang pengalaman tak terlupakan dari nilai tersebut
Ini berkaitan dengan apa yang akan kita "sampaikan" kepada konsumen tentang "janji suci" tersebut. Dengan memaksimalkan nilai-nilai yang ada, akan menciptakan hubungan yang bisa "mengikat" konsumen.
- Selaraskan semua unsur organisasi usaha untuk memaksimalkan nilai tersebut
Konsistensi "janji suci" dengan pengalaman yang diberikan oleh semua lini dalam perusahaan, mulai dari customer service hingga pemilik perusahaan sendiri akan memberikan nilai yang mudah diingat konsumen.
Dengan begitu, semua yang terlibat dalam usaha kita tahu persis apa yang harus disampaikan kepada konsumen, dari cara bicara, tutur kata saat melayani, hingga layanan purna jualnya. Semakin kita bisa memenuhi "janji suci" produk, makin kuat brand kita, makin langgeng pula kita sebagai sebuah perusahaan. Dan, bukan mustahil, usaha yang tadinya berawal dari garasi rumah, akan jadi perusahaan berkelas dunia... Semoga.
Ide yang Mengubah Dunia
Kita harus membentuk ide-ide dasar dari realitas alam
dengan pemikiran dan kreativitas kita.
Dengan itu kita akan menandai sejarah,
tidak sekedar larut di dalamnya.
- Steve Jobs, former CEO Apple Inc. -
Kisah mengenai bagaimana sebuah ide sederhana akhirnya membuat dunia yang kita tinggali ini menjadi tidak pernah sama lagi dengan sebelumnya, biasanya akan menjadi kisah yang inspiratif, menggugah kesadaran kita, menyalakan passion di hati kita yang terdalam, bahkan sampai menitikkan air mata.
Tapi biasanya juga: umur inspirasi itu tak panjang.
Beberapa saat setelah cerita itu berlalu dan kita mulai menggeluti lagi dunia dan segala permasalahannya sehari-hari, api itu pun memudar. Kesadaran itu menguap. Passion itu meredup dan padam. Kita pun menjelma kembali menjadi orang-orang biasa, orang-orang pada umumnya. Menjalani hidup dari pagi ke pagi lagi dengan jadual yang telah ditentukan, begitu-begitu saja melewati jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Tubuh kita berjalan, bergerak dan bekerja kesana-kemari memperjuangkan mimpi-mimpi di luar diri kita, sementara jiwa kita gersang, hati nurani tak lagi mendapat tempat tertinggi dalam tubuh yang lelah, dalam pandangan mata yang kosong tanpa daya.
Maka jumlah orang-orang yang bersedia memperjuangkan ide-idenya sepenuh hati sangatlah sedikit. Sebagian besar dari kita memilih menyerah di awal atau pertengahan perjalanan karena tak sanggup menanggung resiko untuk berbeda, untuk disalahpahami, untuk dicemooh, untuk dikritik dan difitnah. Mayoritas kita tak cukup kuat untuk menelan hinaan-hinaan itu, perlakuan yang merendahkan itu, sehingga memilih menukarkan inner voice (suara hati) itu dengan kenyamaan, ketenangan, ketentraman. Secara tak sadar, kita bahkan mulai ikut-ikutan mengatakan bahwa keajaiban yang dibawa oleh setiap ide baru adalah sesuatu yang tidak logis, tidak masuk akal, karena saat menjalaninya tanpa hasrat, kita pernah gagal dan menolak bangkit. Ide-ide itu terlihat terlalu tinggi dan sia-sia karena kita tak pernah serius memperjuangkannya.
Bahkan pun saat engkau telah berniat untuk mengubah dunia, lalu menghidupkan siang dan malammu untuk mengejar itu, belum bisa jadi jaminan bahwa engkau akan mencapainya di ujung umurmu.
Alam semesta ini punya mekanisme seleksi alam yang kejam tapi adil. Engkau yang tak sungguh-sungguh bersedia bersikap kejam pada dirimu sendiri untuk memperjuangkan terwujudnya ide-ide besar yang kau yakini, akan diperlakukan dengan kejam tanpa basa-basi oleh realitas, oleh hukum sebab akibat, bahkan oleh akal sehatmu sendiri.
Kecuali jika engkau termasuk orang-orang jenius. Yang setahu saya, bukanlah merupakan keturunan.
dengan pemikiran dan kreativitas kita.
Dengan itu kita akan menandai sejarah,
tidak sekedar larut di dalamnya.
- Steve Jobs, former CEO Apple Inc. -
Kisah mengenai bagaimana sebuah ide sederhana akhirnya membuat dunia yang kita tinggali ini menjadi tidak pernah sama lagi dengan sebelumnya, biasanya akan menjadi kisah yang inspiratif, menggugah kesadaran kita, menyalakan passion di hati kita yang terdalam, bahkan sampai menitikkan air mata.
Tapi biasanya juga: umur inspirasi itu tak panjang.
Beberapa saat setelah cerita itu berlalu dan kita mulai menggeluti lagi dunia dan segala permasalahannya sehari-hari, api itu pun memudar. Kesadaran itu menguap. Passion itu meredup dan padam. Kita pun menjelma kembali menjadi orang-orang biasa, orang-orang pada umumnya. Menjalani hidup dari pagi ke pagi lagi dengan jadual yang telah ditentukan, begitu-begitu saja melewati jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Tubuh kita berjalan, bergerak dan bekerja kesana-kemari memperjuangkan mimpi-mimpi di luar diri kita, sementara jiwa kita gersang, hati nurani tak lagi mendapat tempat tertinggi dalam tubuh yang lelah, dalam pandangan mata yang kosong tanpa daya.
Maka jumlah orang-orang yang bersedia memperjuangkan ide-idenya sepenuh hati sangatlah sedikit. Sebagian besar dari kita memilih menyerah di awal atau pertengahan perjalanan karena tak sanggup menanggung resiko untuk berbeda, untuk disalahpahami, untuk dicemooh, untuk dikritik dan difitnah. Mayoritas kita tak cukup kuat untuk menelan hinaan-hinaan itu, perlakuan yang merendahkan itu, sehingga memilih menukarkan inner voice (suara hati) itu dengan kenyamaan, ketenangan, ketentraman. Secara tak sadar, kita bahkan mulai ikut-ikutan mengatakan bahwa keajaiban yang dibawa oleh setiap ide baru adalah sesuatu yang tidak logis, tidak masuk akal, karena saat menjalaninya tanpa hasrat, kita pernah gagal dan menolak bangkit. Ide-ide itu terlihat terlalu tinggi dan sia-sia karena kita tak pernah serius memperjuangkannya.
Bahkan pun saat engkau telah berniat untuk mengubah dunia, lalu menghidupkan siang dan malammu untuk mengejar itu, belum bisa jadi jaminan bahwa engkau akan mencapainya di ujung umurmu.
Alam semesta ini punya mekanisme seleksi alam yang kejam tapi adil. Engkau yang tak sungguh-sungguh bersedia bersikap kejam pada dirimu sendiri untuk memperjuangkan terwujudnya ide-ide besar yang kau yakini, akan diperlakukan dengan kejam tanpa basa-basi oleh realitas, oleh hukum sebab akibat, bahkan oleh akal sehatmu sendiri.
Kecuali jika engkau termasuk orang-orang jenius. Yang setahu saya, bukanlah merupakan keturunan.
Apple Computer dalam iklan legendarisnya tahun 1997 Think Different mencatat nama-nama ini: Albert Einstein, Bob Dylan, Martin Luther King, Jr., Richard Branson, John Lennon, Buckminster Fuller, Thomas Edison, Muhammad Ali, Ted Turner, Maria Callas, Mahatma Gandhi, Amelia Earhart, Alfred Hitchcock, Martha Graham, Jim Henson, Frank Lloyd Wright, Pablo Picasso.
Tentu masih ada jenius-jenius lainnya yang tak tercatat di iklan ini. Termasuk Steve Jobs, CEO Apple sekaligus kreator iklan tersebut yang bahkan sempat merekam suaranya sendiri sebagai narrator.
Copy writing iklan ini sungguh menggetarkan hati:
Here’s to the crazy ones. The misfits. The rebels. The troublemakers. The round pegs in the square holes. The ones who see things differently. They’re not fond of rules. And they have no respect for the status quo. You can quote them, disagree with them, glorify or vilify them. About the only thing you can’t do is ignore them. Because they change things. They push the human race forward. While some may see them as the crazy ones, we see genius. Because the people who are crazy enough to think they can change the world, are the ones who do.
Lihat iklannya disini
Jenius adalah orang-orang yang mampu mempertanggungjawabkan kegilaannya. Dan jumlah mereka adalah minoritas. Tanpa kemampuan untuk mempertanggungjawabkan ‘keanehannya’, maka posisi orang-orang yang berbeda dan dianggap gila itu akan dipinggirkan, dijauhkan dari kehidupan sehari-hari yang normal karena dianggap pengganggu keharmonisan dan ketertiban.
Seringkali orang-orang besar yang mengubah dunia, melakukannya tanpa niat yang besar, mereka menggelinding begitu saja mengikuti kata hatinya, melakukan apapun yang mereka lakukan dengan suka cita lalu... Bummm!!!
Dunia pun berubah karena hal-hal sederhana yang mereka lakukan, diiringi dengan kebetulan-kebetulan dan dukungan yang mengalir deras dari arah yang tak pernah mereka perkirakan. Setiap kisah kesuksesan bisnis dan kehidupan, tidak lebih tidak kurang, menggambarkan dukungan alam semesta yang aneh seperti itu.
Kalau balik lagi ke beberapa puluh tahun silam saat fajar industri komputer menjelang, Apple Computer dan Microsoft-pun melewati fase yang sama. Juga Starbucks, lalu Google, Facebook, yang termutakhir Twitter.
Benar bahwa sungguh sangat penting untuk berfikir besar - seperti kata Steve Jobs - to put a dent in the universe - tapi apa yang kemudian sungguh-sungguh mengubah dunia ini dengan kehadiran pemikiran dan tindakan kita adalah sesuatu yang sangat sederhana.
Dunia ini penuh dengan kebisingan dari orang-orang yang teriak ramai tentang hal-hal yang tidak penting, hal-hal sampah yang makin menggunung dan menyesakkan mata hati kita. Sampah-sampah yang dikemas dengan bungkus yang mewah, glamour, indah dan menggoda iman. Sampah-sampah yang diiklankan sebagai kebutuhan nomer satu dan bukti kesuksesan tertinggi. Sampah-sampah yang menggiurkan dan menjadikan kita konsumen rakus yang membeli hal-hal yang tak kita butuhkan.
Tengoklah sampah-sampah itu: sinetron kejar tayang, infotainment gosip, politik kekuasaan, iklan-iklan tanpa kedalaman makna, pengajian yang menidurkan jamaahnya, mereka yang mengaku membela agama tertentu sementara tingkah lakunya justru merusak apa yang dibelanya.
Lawanlah kebisingan itu. Dengarlah suara lirih dalam hatimu. Lalu berjuanglah sekeras mungkin untuk mengikutinya. Memperjuangkan ide-ide yang kau yakini justru karena ditolak orang lain, justru karena dicemooh dan dijauhi.
Engkau – dan siapapun yang punya kemauan – bisa menjadi bagian dari orang-orang besar yang dicatat oleh dunia dengan tinta emas. Selama engkau bersedia membayar ‘harga’nya. Selama engkau bersedia menggenggam erat ide-idemu dan memperjuangkannya sepenuh hidupmu.
Suatu hari kelak - saat waktunya tiba - engkau akan menjadi gila. Atau legenda.
Image sources:
http://www.icouple.sg/blog/wp-content/uploads/2007/04/apple_think_different.jpg
http://www.iphonespecialist.com.au/_/rsrc/1317883989663/steve-jobs-think-different-tribute-video/Steve-Jobs-1955-2011.png
Langganan:
Postingan (Atom)