Tip mendesain POSTER yang baik

POSTER
------
Perbedaan mendasar poster dengan media promosi lainnya
adalah poster dibaca orang yang sedang bergerak,
mungkin sedang berkendara atau berjalan kaki.
Sedangkan brosur, booklet, flyer dirancang
untuk dibaca secara khusus, mungkin duduk atau
sesaat sambil berdiri. Karena itu poster harus
dapat menarik perhatian pembacanya seketika, dan
dalam hitungan detik, pesannya harus dimengerti.

Poster digunakan untuk berbagai macam keperluan,
tapi biasanya hanya menyangkut satu dari empat
tujuan berikut ini:
1. Mengumumkan / memperkenalkan suatu acara
2. Mempromosikan layanan / jasa
3. Menjual suatu produk
4. Membentuk sikap atau pandangan (propaganda)

Tipikal poster yang 'baik'
1. Berhasil menyampaikan informasi secara cepat
2. Ide dan isi yang menarik perhatian
3. Mempengaruhi, membentuk opini / pandangan
4. Menggunakan warna-warna mencolok
5. Menerapkan prinsip 'simplicity'

Penerapan prinsip-prinsip desain akan menentukan
kualitas poster:
1. Balance, ada 2 jenis keseimbangan yang bisa diterapkan:
- Umumnya, keseimbangan bisa dicapai secara simetris
- Garis-garis imajiner, baik vertikal atau horisontal
dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan,
walaupun tidak simetris.

2. Movement, alur baca. Alur baca yang diatur secara
sistematis oleh desainer untuk mengarahkan 'mata pembaca'
dalam menelusuri informasi, satu bagian ke bagian lain
pada poster.

3. Emphasis, penekanan. Prinsip ini yang terpenting
dalam mendesain poster. Penekanan bisa dicapai
dengan membuat slogan / judul, atau ilustrasi / foto
jauh lebih menonjol dari elemen desain lain berdasarkan
urutan prioritas. Penekanan bisa dicapai dengan:
- Perbandingan ukuran
- Latar belakang yang kontras dengan tulisan atau gambar
- Perbedaan warna yang mencolok
- Memanfaatkan 'white space' atau bidang kosong
- Perbedaan jenis, ukuran dan warna huruf

4. Unity, kesatuan. Beberapa bagian dalam poster
harus digabung atau dipisah sedemikian rupa menjadi
kelompok-kelompok informasi. Misalnya nama gedung
harus dekat dengan teks alamat. Splash diskon jangan
berjauhan dengan produk yang dimaksud. Kesatuan dapat
dicapai dengan:
- Mendekatkan beberapa elemen desain, dibuat 'overlapping'
- Menggunakan bidang kotak / lingkaran
- Memanfaatkan garis untuk pemisahan informasi
- Perbedaan warna background

5. Specific appeal, penampilan / kesan. Poster
dirancang untuk keperluan khusus berdasarkan suatu
tema. Hal ini untuk memberikan 'kesan' suatu
sentuhan yang sesuai dengan produk, acara atau
layanan. Poster untuk parfum wanita sebaiknya terkesan
feminin, lembut atau dekoratif. Poster untuk menjual
truk, sebaiknya menggunakan warna-warna yang berat,
huruf-huruf yang tebal dan masif.

Terjemahan bebas dari berbagai sumber,

Makna Tembang Ilir ilir sangat besar....

Tembang ini sering dianggap sebagai tembang dolanan atau lagu yang dinyanyikan saat bermain-main oleh anak-anak pada saat terang bulan. Bahkan di daerah Jogja dan sekitarnya tembang ini dinyanyikan pada saat bermain Nini Thowok, atau Jalangkungan.

Tak banyak yang menyadari bahwa sesungguhnya tembang ini bukan sekedar tembang dolanan biasa. Ada makna mendalam terkandung dalam tembang sederhana ini. Sekalipun demikian tidak ada yang tahu pasti siapa yang menciptakan tembang ini. Karena tembang ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Ada yang berpendapat penciptanya adalah salah seorang dari Wali Sanga atau Sembilan Wali yang terkenal sebagai para penyebar Islam di tanah Jawa. Dari kesembilan waliyullah itu ada dua orang yang disebut-sebut sebagai penciptanya yaitu Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga.

Pendapat itu bisa dimengerti, dilihat dari kedekatan Sunan Kalijaga dengan budaya Jawa dan fakta bahwa beliaulah pencipta beberapa kesenian Jawa yang digunakan sebagai alat syiar agama Islam, maka bisa dianggap bahwa Sunan Kalijagalah yang merupakan pencipta tembang ini.

Berikut ini adalah penjabaran dari makna yang terkandung dari tembang Ilir-ilir itu, baik berupa makna harfiah atau terjemahan langsungnya dalam bahasa Indonesia (BI), maupun makna sesungguhnya (MS) yang tersirat di dalamnya.

Ilir-ilir

Ilir-ilir, Ilir-ilir, tandure (hu)wus sumilir
(BI) Bangunlah, bangunlah, tanamannya telah bersemi
(MS) Kanjeng Sunan mengingatkan agar orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Karena bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali.

Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar
(BI) Bagaikan warna hijau yang menyejukkan, bagaikan sepasang pengantin baru
(MS) Hijau adalah warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya.

Cah angon, cah angon, penek(e)na blimbing kuwi
(BI) Anak gembala, anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu.
(MS) Yang disebut anak gembala disini adalah para pemimpin. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu.

Lunyu-lunyu penek(e)na kanggo mbasuh dodot (s)ira
(BI) Biarpun licin, tetaplah memanjatnya, untuk mencuci kain dodot mu.
(MS) Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara atau saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet.

Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa.

Dodot (s)ira, dodot (s)ira kumitir bedah ing pingggir
(BI) Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek
Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.

Dondomana, jlumatana, kanggo seba mengko sore
(BI) Jahitlah, tisiklah untuk menghadap (Gustimu) nanti sore
(MS) Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut 'paseban' yaitu tempat menghadap raja. Di sini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti.

Mumpung gedhe rembulane, mumpun jembar kalangane
(BI) Selagi rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan lapang
(MS) Selagi masih banyak waktu, selagi masih lapang kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu.

Ya suraka, surak hiya
(BI) Ya, bersoraklah, berteriak-lah IYA
(MS) Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.

Demikianlah petuah dari Sunan Kalijaga lima abad yang lalu, yang sampai saat ini pun masih tetap terasa relevansinya. Semoga petuah dari salah seorang waliyullah kenamaan ini membuat kita semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah kita di bulan yang penuh rahmat ini. Amin, amin, amin.

KAPAL API MOCHA, KOPI ABC MOCCA, NESCAFE


ImageIklan: KAPAL API MOCHA, KOPI ABC MOCCA, NESCAFE
Juri: Ariyanto Zainal, Avellino Victor Surya



Image 
Iklan: KAPAL API MOCHA versi Chef Farah Quinn & Chef Galih Gumilang

Ariyanto Zainal
Avellino Victor Surya
Konsep kreatif
*
**
Komunikasi
***
***
Eksekusi
**
***
Komentar
Tidak ada konsep/ide kreatif, yang ada hanya product discription, eksekusinya mengingatkan akan gaya iklan-iklan era 60an,
Penggunaan Endorser Farah Quinn dan Chef satunya kurang maksimal. Sekadar meneruskan konsep yang sudah ada sebelumnya. Padahal akan lebih baik kalau mereka bisa melebarkan konsep kopinya atau mochanya, yang sudah dibangun lumayan lama.
Oiya, padahal saya sudah menunggu-nunggu Farah Quinn bilang: “Hmm. Yummy!”
  
Image 
Iklan: KOPI ABC MOCCA versi 3 Boys at Cafe

Ariyanto Zainal
Avellino Victor Surya
Konsep kreatif
*
***
Komunikasi
**
**
Eksekusi
**
***
Komentar
Iklan ini sama sekali tidak menggugah hati maupun otak, sekadar sebuah pengumuman.

Gaya Muda, tapi dibarengin dengan jingle yang ‘Warkop’ Style. Kedengarannya sih lumayan edgy ya. Tapi kok jatohnya malah corny..

Image
 Iklan: NESCAFE versi Rasa Lebih Hitam

Ariyanto Zainal
Avellino Victor Surya
Konsep kreatif
***
****
Komunikasi
***
****
Eksekusi
**
***
Komentar
Untuk brand sebesar Nescafe, kualitas TV Commercial ini sangat tidak mencerminkan kebesaran dari brand Nescafe

Konsepnya jauh mengungguli kompetitor sejenis. Message dibungkus dengan gimmick-gimmick yang khas dan mengena. Satu hal yang bikin Nescafe beneran berani, tidak ada unsur wanita cantik yang bikin manis di akhir cerita. Salut!

Keterangan Score: * sangat buruk, ** buruk, *** sedang/standard, **** baik, ***** sangat baik
Juri: Ariyanto Zainal, President Director/Creative Advisor MACS909; Avellino Victor Surya, Creative Director Ideabox Indonesia.
dikutip dari MIX magz online

Bajaj, Honda Scoopy, Yamaha (Review Iklan TV)





ImageIklan: Bajaj, Honda Scoopy, Yamaha
Juri: Yazied Syafaat, Bambang Sukma Wijaya




Image
Iklan: YAMAHA versi Talk About Low Price

Yazied Syafaat
Bambang Sukma Wijaya
Konsep kreatif
**
***
Komunikasi
***
****
Eksekusi
***
***
Komentar
Iklan dengan pendekatan nyinyir yang konsisten ini sempat berhasil melambungkan Yamaha. Namun sekarang konstelasi industri telah berubah. Dan pendekatan itu menjadi membosankan dan kurang relevan. Yang tertangkap justru kegamangan Yamaha melawan keagresifan kompetitornya.

Iklan ini menjadi menarik karena, pertama: berbeda dengan iklan-iklan sepeda motor lain yang menampilkan model yang sedang mengendarai motor, hanya menampilkan adegan obrol-obrol di warung sambil mengantarkan pesan produk. Untungnya, iklan ini ‘dibantu’ Deddy Mizwar dedengkot akting sehingga dialog dan akting pemeran cukup natural dan lugas dalam mengantarkan pesan. Salah satu kelemahan konsep bergaya obrolan ini adalah dialog dan bahasa tubuh pemerannya sering kedodoran. Pilihan untuk meng-capture potongan kehidupan berupa obrolan warung ini adalah langkah yang strategis, mengingat anak-anak muda cowok suka ‘ngerumpi’ jika ngumpul bareng, dan topik obrolan kalau bukan cewek, ya bola atau motor—Sehingga knowledge tentang motor kebanyakan diperoleh dari obrolan sesama teman.Satu-satunya yang mengganjal di iklan ini adalah kehadiran ‘generasi tua’ dalam peer anak-anak muda, bahkan menjadi endorser. Apakah cukup masuk akal?
Image
Iklan: HONDA SCOOPY versi Fairies in Love with

Yazied Syafaat
Bambang Sukma Wijaya
Konsep kreatif
***
**
Komunikasi
***
**
Eksekusi
***
**
Komentar
Ide cupid memang pas, karena tampang scoopy memang bikin orang jatuh cinta secara instan-bukan terjebak ke retro2an yang mungkin bisa merugikan citra Honda. Sayang kreatifnya tidak bikin jatuh cinta secara instan. Agak membosankan dan bisa misleading-yang bikin jatuh cinta adalah Viera-nya.

Pertama melihat iklan ini saya menyangka iklan permen wangi atau iklan cologne buat cewek-cewek abege. Girly banget! Jadi, tidak salah dong begitu tahu ini iklan motor, saya beranggapan ini iklan motor buat cewek-cewek abege. Begitulah komunikasi. Simbol-simbol adalah pesan. Apa yang pakem dipahami orang banyak, akan begitu pula yang dimaknai dari suatu simbol. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah benar iklan motor Honda Scoopy ini disasarkan hanya untuk khalayak konsumen cewek? Jika ya, bisa dimaklumi. Tapi jika tidak, maka Honda sebaiknya meninjau ulang iklan ini. Dalam visual, setidaknya saya menangkap pula adegan cowok mengendarai Scoopy. Nah, lho. Jadi bingung deh. Siapa sebenarnya sasaran komunikasi iklan ini. Ambiguitas khalayak konsumen sasaran berpotensi menimbulkan disorientasi identitas merek. Hati-hati. Saya sempat membaca artikel tentang Scoopy yang mengangkat konsep retro. Jika memang demikian, mengapa iklannya harus girly banget? Apakah retro harus girly?

Image
Iklan: BAJAJ versi Rider Making Music

Yazied Syafaat
Bambang Sukma Wijaya
Konsep kreatif
*****
***
Komunikasi
****
****
Eksekusi
*****
***
Komentar
Inilah iklan yang bikin jatuh cinta secara instan. Segala ketidaklogisan dalam adegannya menjadi tidak penting, karena sudah jatuh cinta. Twist dunia otomotif ke musik yang artistik juga menarik. Endingnya sangat indonesia-gong dan kuat-kekuatan desain headlamp-nya terekspose. Satu-satunya kekhawatiran adalah relasi dengan brandnya agak meragukan.Takutnya orang ingat iklannya, lupa brand-nya.

Iklan ini mencoba mengemosikan produk motor yang teknologis dan terkesan garang melalui atraksi pengendara motor yang menyentuhkan potongan bambu/kayu yang diikatkan di setang motor ke benda-benda pecah-belah yang dilewatinya, sehingga menghasilkan bunyi seperti musik. Kebetulan, iklannya pun dieksekusi dengan ilustrasi musik yang selaras. Sebagaimana tagline-nya, Light Sport, Bajaj Pulsar ingin memposisikan dirinya sebagai motor Sport yang fun dikendarai. Jenis motor seperti ini memang terkesan ‘dingin’ dan berat, sehingga tak jarang model yang digunakan pun harus memberi citra jantan, tangguh dan garang, jauh dari kesan ramah dan fun. Bajaj mencoba mengubah citra ini dengan memberi sentuhan atraksi ‘seni musik jalanan’ yang lembut. Jadi, strong meets soft. Kejantanan yang sensitif. Kegarangan yang artistik. Sebagai pemain baru di Indonesia, Bajaj sedang berusaha membentuk identitas mereknya melalui gaya komunikasi yang diusahakan berbeda dari yang sudah ada. Tentu saja ini upaya yang patut diacungi jempol. Karena menjadi beda, adalah jalan pintas menjadi terkenal. Sayang, eksekusinya masih biasa. Bajaj harus mengeksplor lebih intens lagi untuk menerjemahkan konsep ‘light sport’-nya agar lebih unik dan kreatif.

Keterangan Score: * sangat buruk, ** buruk, *** sedang/standard, **** baik, ***** sangat baik
Juri: Yazied Syafaat, Creative Director Srengenge Marketing Communication; Bambang Sukma Wijaya, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie.
dikutip dari MIX Magz online

Punya Akun Social Media Brand Kok Hanya Satu Arah?

Membuat identitas diri di ranah daring itu mudah. Yang susah adalah menjadikannya hidup dan berinteraksi dengan lainnya. Banyak brand yang sudah punya akun social media di Facebook dan Twitter, tapi pengurus akunnya ternyata masih hidup di dunia nyata. Entah ini salah si pemilik brand atau admin akunnya, akun social media lebih banyak digunakan untuk egoistis kepentingan diri si brand sendiri. Akun ini mengabaikan pertanyaan, komentar, keluhan, kritikan dari warga lainnya di social media.
Salah satu contohnya adalah Mandala Air. Maskapai ini punya akun Twitter @mandalaair dan Facebook. Sayangnya si maskapai menggunakannya tak lebih seperti ia menggunakan media majalah, televisi, atau radio. Isi akun hanya bersifat searah, hanya berupa pengumuman promosi dan program semata. Mandala Air sangat jarang menjawab pertanyaan konsumennya. Kalaupun ada yang ia jawab, isinya hanya untuk melengkapi info pengumuman yang belum jelas.
Bisa jadi admin akun brand seperti ini memang hanya diizinkan untuk menjawab yang bersifat aman. Jadi jangan harap kalau konsumen mengeluhkan keterlambatan penerbangan atau kritikan terhadap proses refund akan dibalas oleh akun Twitter atau Facebook Mandala Air. Untuk situasi yang lebih kritis, biasanya harus customer service dan humasnya langsung yang turun tangan. Yang sangat disayangkan, sepertinya baik customer service atau humas brand ini tidak pernah tahu dengan dunia social media. Mungkin mereka belum menganggapnya penting. Mungkin loh. Atau malah mungkin mereka hanya tidak tahu cara merespon situasi seperti ini di ranah social media.
Nggak usah bicara dulu tentang social media. Biasanya para humas brand ini sensitif kalau ada keluhan konsumen muncul di Surat Pembaca Kompas. Pastinya mereka sudah seperti kebakaran jenggot. Mereka lalu akan sibuk bikin surat jawaban untuk ditembuskan ke Kompas. Nah lucunya saat keluhan serupa muncul di Detik.com atau di Kompas.com tak ada tanggapan sama sekali.
Kalau dengar dari cerita juragan Detik.com, para pengelola humas brand ini masih sangat berpikir tradisional. Mereka menunggu disuapi. Ada brand yang tidak memantaunya. Kalau pun memantau, mereka akan sibuk bikin surat jawaban, lalu mengirimkannya dalam bentuk fax ke Detik.com, lalu berharap Detik.com yang akan mengetikkan ulang. Hihi, bodoh ya? Padahal si humas kan tinggal menjawabnya di kolom komentar yang sudah disiapkan. Untuk pendekatan personal, memang brand bisa meminta identitas pengirim tulisan. Namun tetap saja brand tetap harus memberikan respon langsung di komentar yang disediakan, supaya dibaca pula oleh publik.
Membiarkan berita buruk di ranah daring adalah perbuatan yang sangat bodoh, padahal dampaknya bisa jadi lebih besar daripada kalau berita buruk itu muncul di koran Kompas. Kita sangat jarang membuka-buka koran Kompas edisi lalu, tapi saat berita tayang di ranah daring, maka Google pun akan merekam jejaknya. Sekedar contoh tentang kasus Mandala Air. Silakan cari saja di Google tentang “Mandala Air kecewa” dan ratusan tautan akan bermunculan.
Oh ya, sekalian. Kalau kebetulan ada admin Mandala Air membaca tulisan ini, tolong sampaikan ke pihak humasnya agar membaca artikel tentang Mandala Air di Surat Pembaca Kompas. Salah satunya adalah ini.

Salah Ngomong itu Biasa, Salah Tweet itu Bahaya

The Hero Gui Borchert

Gui Borchert


Gui began his career as a graphic designer in Rio de Janeiro, Brazil where he got his BFA in Design from UFRJ - Rio de Janeiro Federal University. Early on he got to experience working on several different mediums from interactive, to print and motion graphics. With time, he realized his passion was exactly that. Exploring the freedom of media and creating design and ideas that can live anywhere- from print to digital, TV screens to mobile and traditional to the most unexpected places.

After a few years working in Brazil, he decided to pursue new experiences and moved to New York to work for R/GA in interactive advertising. After joining the agency in 2003, he quickly grew into one of the agency's leading creatives. After four years of working on the award-winning Nike account, most recently as an associate creative director, Gui joined Mother New York in July 2007 to pursuit new challenges in integrated advertising. As one of the senior creatives at the agency, he produced work for Mother's largest clients such as Dell and Johnson & Johnson.In October 2008 Gui moved to integrated agency Syrup New York, part of the LBi group, to lead global integrated account Puma Teamsport, with a strong focus on football (soccer) which has always been one of his dreams.







Gui's strengths include idea generation and conceptual work, as well as design direction and execution. His diverse style can be seen across the variety of work in his book. In 2006 Gui was featured in Print magazine as one the 20 most talented designers under 30.

In 2007 Gui was one of twelve artists commissioned by agency Gringo in Sao Paulo to customize a bottle of Absolut Vodka for the Absolut Brazil series. His work was featured on the website, as well in a show in Sao Paulo. The collection was also published in IDN magazine. In that same year Gui was also commissioned by Stefan Sagmeister to create a typographical illustration for his book, Things I Have Learned in My Life So Far. The illustration, in collaboration with Brazilian 3D artist Sandro Rosa, was published as a spread in the book and also used as the cover and back cover of French publication Les Cahiers du Musée national d'art moderne.This year, Gui was approached by the Barack Obama campaign to create and donate a poster for the Artists for Obama series, currently featured on the campaign's website. Within a week, over 1500 posters were sold.

Throughout his career, Gui has done work for some of the world's most recognized brands, including a collaboration with R/GA CEO Bob Greenberg and Stefan Sagmeister on the logo pitch for the NYC2012 Olympic bid. He has worked on illustration projects with leading agencies like Salles D'Arcy and DM9DDB in Brazil. He also serves as a news editor on the well-respected Australian design site designiskinky.net. And in 2001, he founded eyepunch.com, one of the most recognized design resources in the Brazilian design community.








He has won more than two dozen awards including top honors at the industry's most prestigious competitions including Cannes Titanium Lion, Cannes Cyber Lion Grand Prix, D&AD Black Pencil, Best of Show in One Show Interactive and the Grand Clio. His work has been shown in exhibits and published in numerous magazines and books in Brazil, the United States, Europe, and Asia. Gui often speaks at events and works with students in workshops and lectures, as he strongly believes that sharing knowledge contributes to a stronger and more integrated creative community.

Gui is a futebol (soccer) aficionado and always claims the number 10 jersey when he plays. He likes to believe that his skills live up to the mystical nature of that number. He also has a small part as a voice in Grand Theft Auto IV. He thinks that's cool.

via : www.guiborchert.com

Tattoo & Taboo by Kim Joo



Korean artist named Kim Joon was originally a painter interested in exploring the dynamics and tensions that exist between the mental and physical realms. Kim first became interested in the process of tattooing in college and while serving a three year military term in Seoul, Korea. During his time in school and the military, he began to give home made tattoos to his friends. When Mr. Kim gave these home made tattoos he used needle, thread, and Chinese ink. He would dip the thread into the Chinese ink and let it drip down the needle into the skin.

His digital prints utilise graphic animation to create three dimensional nude bodies on which he grafts on skin from things like snakes, human bodies and even fabrics, then embedding them with patterns from luxury brands coupled with Asian motifs. His work has included brands like Vivienne Westwood, Breitling, Montblanc, Ferragamo, BMW, and Chanel has even commissioned one his most recent works (right). In October, his work Bird Land - Armani sold at Sotheby's Hong Kong for almost HK$140,000. Pop culture references are also common in his work, from Donald Duck and Aerosmith to his tribute to Michael Jackson, Neverland.

I am interested in tattoo as a metaphor for hidden desire or a kind of compulsion engraved into human consciousness. I see the skin, or in some cases the monitor, as an extension of a canvas. My earlier tattoo paintings were 3 dimensional canvases in the form of lumps of flesh or parts of a body, such as a muscular arm. Tattoos can reflect individual and collective reality or displaced desire.
















via: www.kimjoo.co.kr

Apakah Desain Grafis Sebuah Profesi Gratisan?

Bisa jadi! Foto-foto di atas saya ambil akhir Januari 2010 kemarin saat saya berada di Bali untuk mengurusi pabrik kaos Jangkrik dan Museum Kartun, bersama GM Sudharta, Pramono dan Mas Pri.

Apa yang dulu-dulu tahun ‘90-an kita bayangkan sudah menjadi kenyataan! Saat perusahaan setting tumbang satu-persatu di Bandung, karena kalah bersaing dengan Ventura Publisher [atau Adobe PageMaker di Jakarta] saya berpikir mungkin nantinya bikin lay-out majalah bisa gratis juga, karena kita kerjakan sendiri. Tadinya lay-out majalah atau buletin masih dihitung per-centimeter seukuran A4 atau folio, lalu hal ini lambat-laun mulai dilakukan oleh percetakan sebagai layanan gratis bagi klien.

Lebih miris lagi, pada era yang sama, ketika CorelDraw tiba-tiba muncul menjadi platform desain urang Bandung. Seorang rekan bahkan menghitung harga desain dengan model per-centimeter print-out! Sehingga anda tinggal bayangkan, satu lembar HVS-A4 bisa dipenuhi dengan berapa alternatif logo dan harganya kira-kira 50 ribu rupiah. Kata rekan saya tersebut, yang penting balik modal komputer dan printer-nya dulu. Saya memang sarankan ke dia untuk mulai menambahkan design fee juga, namun berhubung langganannya kebanyakan percetakan atau perusahaan kecil, ya apa boleh buat, 150 ribu saja mereka sudah protes. Dan pola ‘dagang desain’ semacam ini kemudian jadi model di Bandung.

Perusahaan sekelas Matari pernah coba masuk ke Bandung, tapi hanya sebagai pendukung below-the-line Jakarta. Pak Dedy yang jadi kacab-nya waktu itu pernah mengajak saya untuk mendatangi seorang klien Bandung yang mau re-design logonya. Dia bilang orang Bandung harus mulai menghargai logo seperti di Jakarta. Hanya butuh dua kali ketemu dengan Matari, pertemuan kedua soal harga, selanjutnya tidak ada kabar. Padahal harga yang disodorkan Matari sangat rendah dibanding Jakarta.

Makanya di Bandung tidak banyak perusahaan advertising yang bertahan, itupun tergantung klien dari Jakarta.

Kembali ke persoalan di atas, mungkin tidak perlu juga para desainer Bandung dan juga di seluruh Indonesia jadi resah, jangan-jangan desain memang akan jadi profesi gratisan. Gejalanya memang begitu. Tapi para pakar pendidikan atau pemasar pendidikan boleh sedikit pikir-pikir.

Masalahnya, seperti hitungan kasar rekan Hastjarjo dari Binus, sekitar 5000 lulusan DKV setiap tahun dihasilkan oleh Pendidikan Tinggi di Indonesia. Saya ragu dengan angka ini mengingat perguruan tinggi biasanya melakukan wisuda dua kali setahun, jangan-jangan malah lebih dari 5000 lulusan. Itu yang dari DKV, lalu yang dari jursan lain? Informatika atau Fikom yang notabene juga belajar mengoperasikan komputer grafis? Lalu anak-anak muda ini akan menyerbu Jakarta yang konon menghargai desainer lebih baik dari kota manapun di Indonesia. Nah lo!

Pengalaman saya di Bandung, banyak calon desainer muda yang punya modal, di Bandung, membuka usaha digital print yang lebih ‘jelas’ cash-flow-nya dibanding jadi desainer. Yang lain ada yang memilih jadi desainer kontrak pada beberapa perusahaan, yang gajinya dihitung sedikit di atas UMR. Atau ada juga yang memilih jadi pegawai tempat print lain, di mana dia harus bersaing juga dengan para lulusan jurusan lain yang mampu juga mengoperasikan komputer, di mana desain grafis hanya merupakan layanan gratis bagi klien.

Oke, ini memang potret muram dari profesi kita. Mudah-mudahan tidak terjadi di seluruh Indonesia. Namun boleh tetap jadi pemikiran kita semua. Nantinya akan terjadi seleksi alam, dimana hanya desainer yang berkualitas bagus yang akan bertahan.

Dan bagi yang belajar asal-asalan harus siap-siap terkena seleksi alam. Madesu, masa depan susah alias gratisan!

Bandung, Awal Februari 2010 Toni Masdiono

dikutip dari http://dgi-indonesia.com

Get Them off Your Dog - People As Fleas

Perwanal Saatchi & Saatchi in Jakarta, Indonesia, has taken interactivity and creepy-crawliness to a new, flat level with the creation of this massive “floor sticker” in an Jakarta shopping center.




The ad, for Jakarta’s pet emporium JAKPETZ, promotes Frontline Flea & Tick Spray with the slogan “Get them off your dog.” Viewed from the upper levels, the people walking on the ad look disgustingly flea-like, and the scene elicits constant reactions that sound something like “yikes!” The team behind this effective promo included Chief Creative Officer Andy Greenaway, Executive Creative Director Juhi Kalia and Art Directors Aryanto Salim and Joel Clement.

post:otherside@2010

Stunning Illustration by Alberto Seveso



Simply mind blowing creations from Alberto Seveso, graphic designer and illustrator from Italy.

To achieve his works of art he maximizes the use of Illustrator and Photoshop. His technique of combining "swirly" arrangements with photos of people and faces is a style of design which is all his own. His works are both captivating and stunning.











via: www.burdu976.com