Salah Ngomong itu Biasa, Salah Tweet itu Bahaya

 

Siapa sih di antara kita yang belum pernah salah ngomong ke teman? Bisa jadi kita ingin berkata “A” tapi ternyata pernyataan kita dipersepsikan sebagai “B” oleh teman kita. Atau memang bisa jadi kita beneran salah ngomong dan teman kita tersinggung karenanya. Kalau ini terjadi saat kita bercakap-cakap, hal yang lumrah bagi kita untuk langsung meralat. Mungkin diikuti dengan debat argumen atau maksimal kita diomeli. Selanjutnya urusan selesai setelah kita meminta maaf.

Namun berbeda saat kita salah ngomongnya di depan publik. Andaikan kita sedang berbagi cerita di sebuah seminar atau acara talk show televisi, tentunya kita harus jauh lebih berhati-hati. Kita tidak berhadapan dengan 1-2 orang teman yang kita sudah kenal, tapi kita berhadapan dengan ratusan, bahkan ribuan orang yang punya cara pandangnya masing-masing terhadap suatu masalah. Kita tidak tahu latar belakang mereka. Kita tidak tahu cara mereka melihat konteks suatu masalah. Kita perlu menjaga ucapan kita supaya tidak keluar sesuatu yang sensitif yang menyinggung mereka. Karena kalau itu terjadi, meminta maaf terhadap ratusan orang adalah hal yang susah. Ya kalau akhirnya kita dimaafkan, kalau nggak?
Hal serupa bisa terjadi pula di Twitter. Bedanya Twitter bisa jadi lebih berbahaya, karena rekam jejak tweet kita bisa dengan mudah dilihat. Saat kita menulis tweet, sebelum menekan tombol “submit” sebaiknya kita baca ulang tweet kita.
Pertimbangkan apakah yang kita tulis ini bisa menyinggung follower kita?
Apakah mungkin kita perlu merangkai ulang tweetnya supaya tidak menimbulkan salah persepsi?
Apakah memang kita paham betul tentang topik yang kita sampaikan melalui tweet kita?
Apakah hal ini memang pantas kita sampaikan?
Karena memang tidak segalanya yang terlintas di otak itu pantas langsung kita tweetkan.
Menjadi tantangan tersendiri memang bagi kita untuk menyampaikan pesan hanya dalam 140 karakter. Usahakan tweet tidak bersambung ke tweet berikutnya, apalagi kalau gara-gara bersambung, makna per tweetnya menjadi berbeda. Kalaupun ingin menyampaikan pesan yang panjang, pastikan per tweet punya makna dan konteksnya tersendiri. Follower kita bisa salah mengerti kalau kita menulis tweet bersambung yang terlalu panjang. Untuk amannya, hindari sajalah membuat tweet bersambung.
Kalau kita ngomong lisan, perkataan kita memang tidak bisa ditarik kembali. Berbeda dengan tweet yang bisa kita hapus kalau kita salah. Meskipun ada fitur itu, tidak berarti tidak ada orang yang membacanya terlebih dahulu sebelum kita hapus. Pastinya follower kita membaca tweet dari aplikasi klien yang berbeda-beda. Umumnya semua tweet itu diunduh langsung ke cache memori ponsel atau hard disk komputer, sebelum lalu kita baca. Yang selalu terjadi adalah, meskipun kita sudah menghapus tweet kita, isi tweet tersebut sudah terlanjur terunduh. Jadi bisa dipastikan akan ada beberapa follower kita yang sudah membaca tweet salah yang seharusnya sudah kita hapus.
Sekedar renungan saja sih ini sebelum kita melakukan aktivitas Twitter kita kembali di hari ini.